http://www.mymakassar.com
Tana
Toraja, mungkin sebagian dari anda berfikir apa itu? saat mendengar namanya.
Namun di tempat itulah terdapat berbagai tempat pariwisata yang merugikan
apabila tidak di kunjungi. Tana Toraja terletak di pegunungan bagian utara Sulawesi Selatan. Tana Toraja
merupakan salah satu tempat yang menjadi kunjungan utama turis yang datang ke Sulawesi
Selatan. Adat budaya Toraja yang begitu kental cukup menyedot perhatian. Tidak
hanya turis lokal, tapi juga turis mancanegara. Untuk perjalanan ke toraja dari
Makassar jaraknya cukup jauh sekitar 320 km atau sekitar delapan jam. Ada
beberapa alternative transportasi yang bisa digunakan untuk menuju Toraja. Cara
yang paling cepat adalah dengan melewati jalur udara, kemungkinan harga
tiketnya berkisar antara Rp 250.000,- hingga Rp 300.000,- sekali jalan. Adapun untuk
alternative yang lebih murah, namun dengan waktu tempuh yang cukup lama yaitu
dengan menggunakan bus. Perjalanan darat Makassar-Toraja bisa ditempuh dalam
waktu 8-10 jam. Rupanya jalur darat Makassar-Toraja merupakan jalur yang cukup
padat. Sangat banyak operator bus yang mempunyai rute ini. Salah satunya adalah
Bus Litha & Co. Untuk perjalanan yang menempuh jarak lebih dari 300 km
tersebut Bus Litha & Co mematok harga Rp 100.000,- untuk kelas AC Super
Executive, Rp 80.000,- AC VIP, dan Rp 75.000,- untuk Non AC. Tinggal sesuaikan
saja dengan kebutuhan dan budget Anda. Namun saya merekomendasikan Anda memilih
kelas AC Super Executive karena tempat duduknya jauh lebih nyaman. Mengingat
perjalanan yang ditempuh cukup jauh. Apalagi selisih harganya juga beda tipis.
Adapun beberapa daerah yang di
tempuh dari perjalan makassar-toraja yaitu maros, pangkep, barru, pare-pare,
sidrap dan enrekang. Enrekang adalah kota terakhir yang di lalui dari perjalan
makasaar sebelum tiba di Toraja.
Tana
Toraja merupakan salah satu aset pariwisata yang sangat berpotensi di Sulawesi
Selatan. Mayoritas agama di Toraja ini
adalah Kristen sebagiannya lagi Katolik, Islam dan Aluk To dolo, apa itu Aluk
To dolo? Aluk to dolo adalah
kepercayaan animisme yang masih dianut oleh masyarakat Toraja sampai sekarang. Dijamin
kalau ke toraja gak nyesel dan gak sia-sia karena Toraja punya tempat wisata,
kuliner, dan kebudayaan yang sangat menarik. Kalau tidak punya rumah atau
keluarga di sana, kita dapat menginap di wisma atau hotel-hotel yang ada di sana.
Adapun biayanya berkisar antara Rp 150.000,- hingga Rp 200.000,-. Bagi kaum
muslim di sana juga di sediakan makanan
untuk orang Islam, jadi tidak perlu ragu untuk kesana. Karena semuanya serba
tersedia.
Para
nenek moyang, untuk memberikan kenangan atau ingatan kepada generasinya di kemudian hari, mereka membikin
rumah adat Toraja yang namanya tongkonan yang memilki model seperti perahu. Nenek
moyang orang Toraja berasal dari cina selatan, mereka dalam perjalanannya
menuju Toraja menggunakan perahu. Pada saat mereka tiba di Tana Toraja itu
masih kosong dan belum ada nama untuk Tana Toraja itu sendiri. Sesaat setelah
itu mereka mencoba membangun sebuah kata dan memberi nama baru untuk daerah tersebut yaitu Tana
Toraja. Tana artinya tana itu sendiri, to artinya orang, dan raja artinya
masyarakat dari golongan bangsawan. Jadi Tana Toraja dapat di artikan sebagai
tanah milik bangsawan.
Adapun berbagai tempat wisata yang
dapat dikunjungi di Toraja antara lain :
1. Londa
Pekuburan gua alam ini memiliki
kedalaman ± 1000 meter, gelap, dan beberapa tempat cukup terjal. Di sini kita
dapat menggunakan jasa pemandu lokal yang selalu siap menemani dengan menyewa
lampu petromaxnya. Di dalam gua ini terdapat sepasang tengkorak yang kisahnya mirip romeo dan juliet, tapi menurut dari cerita yang saya dengar,
mereka itu bunuh diri karena tidak di restui oleh orang tuanya.
2. Lemo
Desa
Lemo memiliki keunikan tersendiri. Tongkonan dan kubur batu yang berada di
tebing curam menjadi daya tarik desa ini. Lemo adalah tempat pekuburan dinding
berbatu. Letaknya di Desa Lemo. Disebut Lemo, karena pekuburan batu utama
memiliki dinding yang berkerut-kerut seperti kulit jeruk atau lemo dalam bahasa
setempat. Diperkirakan ada sekitar 75 buah lubang batu kuno di tempat ini. Di
dalam lubang-lubang batu tersebut juga ditemui patung-patung dari mereka yang
sudah meninggal dan dimakamkan di sini (tau-tau). Tidak semua orang bisa
dibuatkan tau-tau. Biasanya yang dari kalangan bangsawan sajalah yang dibuatkan
tau-tau sesudah memenuhi persyaratan tertentu. Di sisi pekuburan batu Lemo,
dijumpai beberapa pintu yang fungsinya untuk memasukkan jenazah ke dalam kubur
batu tersebut. Pintu tersebut ada yang ditutupi dengan kayu, ada pula dengan
bambu.
3. Ketekesu
Berkunjung
ke Tana
Toraja tidaklah lengkap apabila Anda belum menginjakkan kaki ke Desa Kete Kesu.
Untuk menuju tempat ini Anda hanya perlu melanjutkan perjalanan sekira 5
kilometer dari pusat Kota Rantepao
atau 14 kilometer dari sebelah utara Kota Makale. Kawasan Kete Kesu tepatnya
berada di Kampung Bonoran, Kelurahan Tikunna Malenong, Kecamatan Sanggalangi,
Toraja Utara, Sulawesi Selatan. Kete Kesu adalah tempat yang tepat bagi Anda untuk
menyaksikan potret lengkap kehidupan masyarakat Tana Toraja yang masih
menjunjung tinggi adat dan istiadat warisan leluhur mereka. Wisata alam,
budaya, dan sejarah adalah beberapa suguhan yang dapat Anda temukan di tempat
ini. Kete Kesu juga terkenal dengan seni ukiran bambu, seni pahat, dan
kerajinan tradisionalnya. Selain itu, daya tarik lain dari Kete Kesu adalah
terdapatnya tongkonan
asli dan hanya ada di sini. Disebut-sebut bahwa Kete Kesu adalah potret
kebudayaan megalitik yang paling lengkap di Tana Toraja. Keindahan alamnya
dikepung pegunungan, hamparan sawah yang luas terbentang, serta barisan rumah
adat yang usianya mencapai lebih dari 300 tahun. Setiap rumah adat di sini berhadap-hadapan
dengan lumbung padi yang berukuran lebih kecil. Ada juga makam-makam tua yang
menyimpan pesona mistis tersendiri, menilik berbagai kerajinan pahatan yang
unik dan rumit tapi indah. Nikmati juga serangkaian ritual dan upacara adat
yang masih dipertahankan sebagai pesona wisata di Kete Kesu. Kete Kesu telah
ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya dan merupakan pusat dari berbagai
perayaan atau upacara adat Toraja. Beberapa upacara tersebut diantaranya adalah
pemakaman secara adat yang dirayakan secara besar-besaran dan meriah (Rambu
Solo), upacara memasuki rumah adat baru (Rambu Tuka), serta berbagai ritual
atau atraksi yang menyertainya. Untuk memasuki kawasan cagar budaya Kete Kesu,
Anda hanya perlu membayar biaya sebesar Rp5000,- (wisatawan lokal) dan
Rp10.000,- (wisatawan asing). Harga yang sangat murah untuk sebuah perjalan
wisata lintas budaya dan masa. Kete kesu terkenal sebagai daerah penghasil
kerajinan pahat, ukir dan lukis. Kemampuan memahat dan mengukir tersebut
sepertinya diajarkan secara turun-temurun. Salin itu, budaya Toraja memang
membutuhkan kemampuan tersebut untuk membuat patung orang yang sudah meninggal
(tau-tau)
atau untuk menghias peti mati, rumah adat, dan barang-barang kerajian
tradisional lainnya.
Londa, Lemo, dan kete kesu merupakan tempat dimana anda dapat melihat sebuah
pemakaman di dinding berbatu dan gua-gua yang dipenuhi peti mati dan tulang
belulang manusia. Anda juga boleh masuk ke dalam gua tapi jangan sesekali ambil
tulang belulang mereka. Di sana ada juga kuburan untuk anak-anak, letaknya di
dekat Sangala. Kepercayaan Toraja kuno meyakini bahwa bayi dan anak-anak yang
mati harus dikubur di sebuah pohon, dimana pohon akan tumbuh di sekitar mayat.
Tempat wisata lainnya adalah Pallawa yaitu pusat tenun Toraja dan desa adat untuk melihat rumah
tradisional Tongkonan disana
juga ada kawasan penguburan sekaligus tempat untuk melakukan upacara serta
festival, ada beberapa pedagang yang juga menyediakan beberapa oleh-oleh khas
toraja.
Karena masih memegang teguh adat istiadat Tana Toraja,
masyarakat Toraja selalu mengadakan upacara adat seperti Rambu Solo (upacara pemakaman), Rambu Tuka (upacara pernikahan), dan Mangarara Tongkonan (peresmian
rumah keluarga). Rambu Solo
terlihat seperti pesta besar yang meriah namun sebenarnya Rambu Solo merupakan
upacara pemakaman, keluarga yang ditinggal wajib menggelar pesta sebagai tanda
penghormatan terakhir. Rambu Solo akan semakin meriah jika orang yang meninggal
adalah bangsawan atau orang kaya. Hewan-hewan yang disembelih berupa kerbau dan
babi, jumlah hewan yang disembelih menjadi ukuran tingkat kekayaan mereka saat
masih hidup. Beralih dari Rambu Solo ada Rambu Tuka upacara ini semacam upacara selamatan baik itu
pernikahan, syukuran panen atau peresmian Tongkonan baru. Berbeda dengan Rambu
Solo, tidak ada kesedihan di dalam upacara ini. Kalau untuk Mangarara Tongkonan tidak jauh beda
dengan Rambu Tuka karena Mangarara Tongkonan adalah bagian dari Rambu Tuka,
merayakan selamatan Tongkonan baru atau Tongkonan yang sudah selesai
direnovasi. Biasanya yang direnovasi adalah atap yang biasanya diganti 40
tahun sekali serta dindingnya yang diganti 100 tahun sekali, renovasi ini
memakan waktu 6 bulan. Upacara-upacara ini juga bisa dijadikan tempat wisata,
banyak turis asing yang ikut menyaksikannya.
Dari tadi kita menyebut-nyebut Tongkonan. Mungkin ada yang
berfikir apa sih Tongkonan? Tongkonan
itu rumah adat khas Toraja yang atapnya terbuat dari bambu yang dibelah dan
disusun bertumpuk, tapi ada juga yang menggunakan seng sebagai atapnya. Untuk
dindingnya dihiasi pola abstrak dan geometris dengan warna alami merah, dan
putih.
Bagi Anda
yang ingin merasakan pengalaman wisata budaya secara lengkap, bulan Juni hingga
Desember adalah saat yang tepat mengunjungi Kete Kesu. Pada bulan-bulan
tersebut, biasanya diadakan upacara Rambu Solo, yaitu upacara pemakaman adat
yang meriah dan merupakan salah satu upacara paling penting bagi masyarakat
Toraja. Kemarin tanggal 16-18 Desember 2012 saya ke toraja, dan pada saat itu
pas ada upacara adat toraja. Salah satu yang sempat saya saksikan dari pesta
mereka yaitu adu kerbau.
Puluhan
hingga ratusan kerbau disembelih pada upacara Rambu Solo. Masyarakat Toraja
percaya bahwa roh binatang dapat menjadi kendaraan bagi jenazah untuk mencapai
nirwana. Kerbau juga menjadi simbol status (kekayaan dan kekuatan) bagi
masyarakat Toraja. Jumlah kerbau yang harus dipenuhi dalam upacara Rambu Solo
berkisar 24 hingga 100 ekor bagi keluarga bangsawan. Sedangkan bagi golongan
menengah, cukup 8 kerbau ditambah 50 ekor babi. Sebelum jumlah itu mencukupi
maka biasanya jenazah disimpan di rumah adat dan tidak boleh dikuburkan di
bukit atau di tempat tinggi.
Pelaksanaan
upacara Rambu Solo sejak meninggalnya kerabat dapat tertunda atau ditunda
selama berbulan-bulan bahkan hingga bertahun-tahun demi memenuhi aturan dan
persiapan upacara yang mahal tersebut. Selama belum diadakan upacara Rambu Solo
maka jenazah dianggap belum mencapai tempat yang seharusnya di kehidupan lain (nirwana).
Waktu
perayaan dapat memakan waktu hingga 3 sampai 7 hari. Upacara tersebut memang
terlalu mahal untuk memakamkan jenazah tetapi mungkin inilah bentuk usaha
terakhir masyarakat Toraja untuk menghormati dan mengantar kerabatnya yang
meninggal.
Apabila Anda kurang beruntung dan tidak dapat menyaksikan upacara tersebut,
Kete Kesu tetaplah kompleks cagar budaya yang menarik untuk dikunjungi dan
terbilang lengkap menawarkan beragam wisata meliputi alam, budaya, dan sejarah.
Begitu
menjejakkan kaki di Kete Kesu, deretan rumah adat (Tongkonan) tampak berbaris
rapi berhadap-hadapan dengan lumbung beras (alang). Alang ini mirip dengan
Tongkonan, hanya saja ukurannya sedikit lebih kecil. Bentuk Tongkonan sangat
khas mengingat bangunan ini memiliki atap yang besar dan tinggi menjulang,
berbentuk seperti tanduk kerbau atau perahu. Atap-atapnya terbuat dari bambu
belah yang disusun bertumpuk mengadopsi konsep lego. Akan tetapi, beberapa
Tongkonan juga beratapkan seng. Ukiran indah khas Toraja menghiasi dinding Tongkonan
berpadu bersama tumpukan tanduk kerbau yang menjadi penanda status pemilik
rumah.
Hamparan
sawah dan langit biru menjadi latar yang sempurna bagi Tongkonan dimana konon
ada yang sudah berusia ratusan tahun. Beberapa Tongkonan yang berusia tua bahkan
sudah ditutupi lumut dan tanaman liar. Tumbuhan atau lumut tersebut tidak
dihilangkan karena dianggap dapat membantu mereda rembesan air hujan sehingga
bisa mencegah kebocoran. Salah satu Tongkonan di tempat ini sudah dialih fungsikan
menjadi museum. Di dalamnya Anda dapat melihat-lihat benda adat kuno berusia
puluhan hingga ratusan tahun. Benda-benda tersebut berupa senjata tajam berupa
keris atau parang, keramik Cina, patung, benda-benda ukiran, kain dari Cina,
bahkan ada bendera Merah Putih yang konon pertama kali dikibarkan di Toraja. Di
museum ini juga diadakan workshop membuat kerajinan dari bambu yang dapat Anda
ikuti.
Sembari
menyaksikan kemegahan Tongkonan, jangan lupa untuk mampir ke penjual suvenir di
sekitarannya. Di tempat ini Anda bahkan dapat langsung menyaksikan proses
kreatif pengrajin ukiran yang polanya bersifat abstrak atau geometris. Kabarnya
ornamen ukiran Toraja dipelajari dalam ethnomatematika untuk mengulik struktur
matematika ukiran tersebut. Padahal para pengrajin membuat ukiran tanpa
perhitungan matematis.
Tak jauh di
belakang Tongkonan, terdapat area pemakaman di gua-gua yang sangat terkenal
itu. Tulang-tulang dan tengkorak yang berserakan akan dengan mudah Anda temukan
pada gua-gua yang dipahat di dinding batu kapur (karst). Gua-gua tersebut dipahat
khusus oleh ahli pembuat gua dan menghabiskan biaya belasan juta dan waktu
berbulan-bulan. Bersiap-siaplah menikmati situs bersejarah dan pengalaman
wisata dengan nuansa mistis atau spooky saat Anda melintasi kompleks pemakaman kuno yang
usianya diperkirakan mencapai 700 tahun. Beberapa gua makam tampak ditutup
dengan jeruji besi, hal ini dimaksudkan untuk mencegah pencurian patung jenazah
(tau-tau)
yang dikubur di sana. Jenazah akan terlihat jelas dari luar bersama harta yang
turut dikuburkan bersamanya. Di areal ini, dapat pula ditemukan peti mati (erong) dalam
berbagai bentuk seperti perahu, kerbau, dan babi yang digantungkan di
dinding-dinding bukit. Peti-peti tersebut dipahat atau diukir dengan sangat
teliti dan indah.
Tujuan terakhir di Toraja yang tidak boleh dilewatkan adalah
membeli oleh-olehnya di pasar Rantepao, disana anda bisa membeli berbagai macam
baju, tas, dompet, kalung gelang menarik unik serta souvenir menarik lainnya.
Untuk menikmati kopi Toraja anda dapat membelinya di pasar Bolu. Oleh-oleh
makanan yang tidak boleh dilupakan adalah jipang, tori, co’ri, dan markisa
Toraja. Jika ada waktu luang khendaklah berkujung ke tempat ini. Yakin dan
percaya kalian akan menyesal jika tidak menginjakkan kaki di Tana Toraja.
http://www.mymakassar.com